Available at: http://arabnews.com/?page=1§ion=0&article=131018&d=11&m=1&y=2010
JEDDAH: The International Islamic Relief Organization-Saudi Arabia (IIROSA) is to launch six Waqf (endowment) projects in Makkah at a cost of over SR470 million with annual returns of about SR45 million which will be used to finance the organization’s relief and development projects.
IIROSA Secretary-General Adnan Khalil Basha told a press conference on Sunday that the organization has already, through the help of a number of philanthropists, purchased the lands on which the endowments will be constructed.
Keberadaan komunitas Aceh di Malaysia sangat menarik untuk ditelusuri. Mereka telah banyak memberikan kontribusi yang besar untuk pembangunan dan kemajuan Malaysia. Hal ini ditandai dengan banyaknya tokoh-tokoh keturunan Aceh yang menjadi pemimpin di berbagai institusi penting di Malaysia. Menariknya lagi, mayoritas mereka berasal dari kampung Acheh di Yan, Kedah dan sangat fasih berbahasa Aceh. Maka tidaklah heran jika hubungan antara keturunan Aceh dengan sesama mereka sangatlah erat, kental dan kukuh. Mereka senantiasa menjaga silaturrahmi dan begitu peduli dengan sesama. Silaturrahmi mereka senantiasa terjalin dengan berbagai pertemuan mulai dari acara perkawinan, acara keagamaan dan acara sosial lainnya.
Sebagai contoh, ini salah satu ringkasan yang telah saya terjemahkan dari sertifikat harta Wakaf Haji Habib Bugag Aceh, yang dikeluarkan oleh Maulana Hakim Makkah Almukarramah. “Yang kita muliakan Haji Habib Bugag Aceh. Dengan leluasa dan ikhlas telah mempersembahkan untuk dirinya yang akan bermamfaat bagi hartanya, dan semata-mata mengharap keridhaan Allah. Serta, menantikan pahala yang besar pada hari pembalasan Allah bagi orang-orangyang telah bersedekah. Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. Kita bersandar pada pengamalan sabda Rasulullah SAW., Apabila anak cucu Adam meninggal dunia, putuslah segala amal kebaikannya kecuali tiga perkara: Sedekah Jariah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak Saleh yang selalu berdo'a kepada orang tuanya. Wakaf adalah salah satu dari sedekah jariah.”
Available at: http://bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=539%3Amenelusuri-bayt-al-asy-di-tanah-suci-bagian-1-&catid=27%3Aopini&lang=in
Para jamaah haji Aceh tempo dulu mewakafkan puluhan rumah untuk kepentingan masyarakat Aceh yang menunaikan jamaah haji di Makkah. Kini rumah-rumah tersebut kurang jelas nasibnya, sebagian sudah beralih hak menjadi milik pribadi, sebagian lagi masih ada, tetapi kurang terawat. Untuk mengetahui lebih jauh, saya akan menulis sesuatu yang terkait dengan Harta Wakaf Aceh sepanjang pengetahuan dan pengalaman saya selama lebih kurang enam belas tahun berdomisili di Makkah Al-Mukarramah. Ketika saya melakukan penelitian, permasalahan yang timbul adalah pengelola dan pengelolaan Rumah Wakaf Aceh di sana sangat sulit untuk diajak berbicara. Apabila didesak untuk berbicara, mereka dengan mudah mengatakan bahwa wakaf tersebut adalah wakaf khusus keturunan mereka, yang mereka kelola sejak dari nenek moyangnya.
Available at: http://www.awqafsa.org.za/library_&_resources.htm
Introduction:
The institution of awqaf has been with Muslims since the time of Prophet Muhammad (PBUH), yet this Sunnah of the greatest Prophet has generally not been internalised by Muslims here, nor have steps been taken to institutionalise this great blessing from Allah. This article argues the case for awqaf in South Africa and presents a challenge to South African Muslims to institutionalise it as a broad-based community organisation.
First a brief definition of waqf is given. This is followed by evidence from the Qur'an and the Sunnah for waqf as an institution rooted in shariah. How waqf was/is generally used as a supportive institution for a variety of projects is then briefly described. The next section deals with the situation regarding awqaf in South Africa and its potential uses here. A section on the recommended way forward and the concluding paragraph follow this.
Hari ini saya mau berbagi sebuah artikel yang sangat bagus tentang peranan sektor ketiga dalam mengentaskan kemiskinan. Semoga artikel karya M. Fahim Khan ini bermanfaat untuk kita semua.
Integrating Faith-based Institutions (Zakah and Awqaf)
Besides public sector and private sector, there is a third sector in every society that attends to various social needs on voluntary or non-profit basis and non compulsion basis, motivated by philanthropic considerations. Mobilization and development of third sector to fight against poverty is the central theme of the paper. Meeting the needs of poor sections of the society is one of the main concerns of this sector. In Muslim countries and Muslim communities, this sector gets additional strength on the ground of religious norms and obligations. This paper explains the Faith based components of the third sector in a Muslim society and how this sector can be mobilized to generate additional resources to support poverty reduction programs. This discussion is with reference to two main institutions, called Zakah and Awqaf. It has been argued, in this paper, that these institutions have potential to mobilize additional resources for poverty reduction programs and they are required to be included in the poverty reduction strategies by laying down explicit policies to strengthen this sector in the same way as policies are laid down for strengthening the private sector in developing economies. The role of another institution, though not directly a third sector institution, has also been discussed for its potential direct and indirect linkages to the third sector. This institution is called Islamic banking. In the final section, the paper explains, in brief, an initiative taken by Islamic Research and Training Institute, a member of Islamic Development Bank Group to arrange a dialogue among policy makers and planners in IDB member countries, who are preparing PRSPs to discuss how these two institutions can be mobilized and integrated into PRSPs as an additional effort for fight against poverty.
“Memori kolektif tentang sukses-sukses masa lampau perlu disosialisasikan kepada masyarakat Aceh” kata almarhum Prof. Dr. Teuku Ibrahim Alfian. “Penulisan sejarah tidak hanya membangkitkan kesadaran nasional rakyat, juga menunjukkan langkah-langkah untuk mendorong harapan bagi masa depan bangsa. Sejarah telah mengangkat ingatan-ingatan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapai masa lampau, serta harapan dan aspirasi-aspirasi bagi kebesaran nasional di masa yang akan datang”, begitu kata beliau mengutip Frederik J. Teggart, sejarawan terkemuka Amerika.