Friday, January 1, 2010

Aceh Code: Warisan Yang Terlupakan


By: Fahmi M. Nasir

“Memori kolektif tentang sukses-sukses masa lampau perlu disosialisasikan kepada masyarakat Aceh” kata almarhum Prof. Dr. Teuku Ibrahim Alfian. “Penulisan sejarah tidak hanya membangkitkan kesadaran nasional rakyat, juga menunjukkan langkah-langkah untuk mendorong harapan bagi masa depan bangsa. Sejarah telah mengangkat ingatan-ingatan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapai masa lampau, serta harapan dan aspirasi-aspirasi bagi kebesaran nasional di masa yang akan datang”, begitu kata beliau mengutip Frederik J. Teggart, sejarawan terkemuka Amerika.



Apa yang disampaikan oleh sejarawan Aceh tersebut membuat saya mencoba mengingat kembali semua kisah-kisah sukses Aceh di masa silam yang bisa ditelaah dan diteladani. Tentunya yang penting bagi kita bukan cuma kisah sukses semata, namun apa rahasianya atau apa yang dilakukan oleh orang Aceh dulu dalam keseharian mereka sehingga Aceh punya hari yang indah nan gemilang.

Satu hal yang perlu kita cermati bersama adalah pada saat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam berdiri, Sultan Ali Mughayat Syah mengistiharkan “Aceh Code” atau Pohon Kerajaan Aceh. Aceh Code ini merupakan 21 kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh rakyat yaitu:

  1. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang lelaki lagi mukallaf dan bukan gila iaitu hendaklah membawa senjata ke mana-mana pergi berjalan siang malam yaitu pedang atau sikin panjang atawa sekurang-kurangnya rencong tiap-tiap yang bernama senjata.
  2. Tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau mesjid atau balai-balai atau meunasah pada tiap-tiap tihang di atas puting di bawah bara hendaklah dipakai kain merah dan putih sedikit.
  3. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yaitu bertani utama lada dan barang sebagainya.
  4. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengajar dan belajar pandai mas dan pandai besi dan pandai tembaga beserta ukiran bunga-bungaan.
  5. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang perempuan iaitu mengajar dan belajar membikin teupeuen (alat tenun) bikin kain sutera dan kain benang dan menjahit dan menyulam dan melukis bunga-bunga pada kain pakaian dan barang sebagainya.
  6. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar jual-beli dalam negeri dan luar negeri dengan bangsa asing.
  7. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar ilmu kebal.
  8. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang laki-laki mulai taklif syara’ umur 15 tahun belajar dan mengajar main senjata dan barang sebagainya.
  9. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh dengan wajib ‘ain belajar dan mengajar ilmu agama Islam syari’at Nabi Muhammad s.a.w. atas mazhab ahlul-sunnah wal jamaah r.a.
  10. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh menjauhkan diri daripada belajar dan mengajar ilmu kaum tujuh puluh dua yang di luar ahli sunnah wal jamaah r.a.
  11. Sekalian hukum syara’ dalam negeri Aceh diwajibkan memegang atas jalan Mazhab Imam Syafi’i r.a. di dalam sekalian hal ikhwal syarak syariat Nabi Muhammad s.a.w. Maka Mazhab yang tiga itu apabila mudarat maka dibolehkan dengan cukup syarat maka dalam negeri Aceh yang sahih syah muktamad memegang kepada mazhab Syafie yang jadid.
  12. Sekalian zakat dan fitrah di dalam negeri Aceh tidak boleh pindah dan tidak ambil buat bagian mesjid-mesjid dan balai-balai dan meunasah-meunasah maka zakat dan fitrah itu hendaklah dibahagi lapan bahagian ada yang mustahak menerimanya masing-masing daerah pada tiap-tiap kampung maka janganlah sekali-kali tuan-tuan zalim merampas zakat dan fitrah hak milik yang mustahak dibagi lapan.
  13. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh membantu Kerajaan berupa apa pun apabila perlu sampai waktu datang minta bantu.
  14. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar mengukir kayu-kayu dan mengukir batu-batu dengan tulisan dan bunga-bungaan dan mencetak batu-batu dengan berapa banyak pasir dan tanah liat dan kapur dan air kulit dan tanah bata yang ditumbuk serta batu-batu karang dihancur semuanya dan diayak itulah adanya
  15. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar indang mas dimana-mana tempatnya dalam negeri Aceh.
  16. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh memelihara ternak seperti kerbau dan sapi dan kambing dan itik dan ayam tiap-tiap yang halal dalam agama Islam ada memberi manfaat pada umat manusia diambil ubat.
  17. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri maulud Nabi SAW. Tiga bulan sepuluh hari waktunya supaya dapat sambung silaturrahmi kampung dengan kampung datang-mendatangi, kunjung-mengunjungi berganti makan khanduri maulud.
  18. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa hendaklah pada tiap-tiap tahun mengadakan khanduri laut iaitu di bawah perintah Amir al-Bahar yakni Panglima Laut.
  19. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri blang pada tiap-tiap kampung dan mukim masing-masing di bawah perintah Panglima Meugoe dengan kejruen blang pada tiap-tiap tempat mereka itu.
  20. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahwasanya tiap-tiap pakaian kain sutera atawa benang atawa payung dan barang sebagainya yang berupa warna kuning atau warna hijau tidak boleh memakainya kecuali yang boleh memakainya iaitu kaum Bani Hasyim dan Bani Muthalib yakni sekalian syarif-syarif dan shaikh-shaikh yang turun temurun silsilahnya daripada Saidina Hassan dan Saidina Husin keduanya anak Saidatina Fatimah Zahra ‘Nisa’ Al-Alamin alaihissalam binti Saidina Rasulullah Nabi Muhammad SAW, dan warna kuning dan warna hijau yang tersebut dibolehkan memakainya yaitu sekalian kaum keluarga ahli waris kerajaan Aceh Sultan yang raja-raja dan kepada yang telah diberi izin oleh kerajaan dibolehkan memakainya kepada siapa-siapa pun.
  21. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Acheh bahawa jangan sekali-kali memakai perkataan yang cap kerajaan, pertama titah, kedua sabda, ketiga kurnia, keempat nugrahi, kelima murka, keenam daulat, ketujuh sri paduka, kedelapan harap mulia, kesembilan paduka sri, kesepuluh singgahsana, kesebelas tahta, keduabelas duli hadarat, ketigabelas syah alam, keempat belas sri baginda, kelimabelas permaisuri, keenambelas ta.

Menurut Tan Sri Sanusi Junid, bekas Presiden International Islamic University Malaysia, Aceh Code inilah yang menjadi faktor kemajuan Aceh saat itu. Rakyat Aceh diberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan satu per satu. Kalau dilihat secara detil, maka Aceh Code ini mengandung lima nilai hidup utama yang Islami yaitu amanah, berani, disiplin, rajin dan setia. Amanah direpresentasikan dalam pasal 17, 18 dan 19. Berani terangkum dalam pasal 1, 7 dan 8. Disiplin terkandung dalam pasal 2, 9, 10, 11, 12 dan 13. Rajin ditemukan dalam pasal 3, 4, 5, 6, 14, 15 dan 16. Setia pula dapat kita lihat pada pasal 20 dan 21.

Sejarah telah membuktikan tatkala Aceh Code diimplementasikan secara terus menerus, ia membawa kegemilangan bagi Aceh. Manakala Aceh Code diabaikan, sedikit demi sedikit Aceh mengalami kemunduran sampai pada titik nadir. Melihat situasi di Aceh sekarang, saya merasa sudah waktunya Aceh Code sebagai warisan endatu kita yang sangat berharga untuk kembali disosialisasikan dan diaplikasikan –tentunya setelah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi terkini- dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh. Bila hal ini dilakukan, Insya Allah kegemilangan yang telah dicapai Aceh dalam bidang politik, ekonomi, agama dan budaya di masa lampau akan kembali terulang.

No comments:

Post a Comment