Friday, January 8, 2010

Narit Geutanyo: Sebuah Upaya Menjaga Eksistensi Etnis Aceh di Malaysia


By: Fahmi M. Nasir

Keberadaan komunitas Aceh di Malaysia sangat menarik untuk ditelusuri. Mereka telah banyak memberikan kontribusi yang besar untuk pembangunan dan kemajuan Malaysia. Hal ini ditandai dengan banyaknya tokoh-tokoh keturunan Aceh yang menjadi pemimpin di berbagai institusi penting di Malaysia. Menariknya lagi, mayoritas mereka berasal dari kampung Acheh di Yan, Kedah dan sangat fasih berbahasa Aceh. Maka tidaklah heran jika hubungan antara keturunan Aceh dengan sesama mereka sangatlah erat, kental dan kukuh. Mereka senantiasa menjaga silaturrahmi dan begitu peduli dengan sesama. Silaturrahmi mereka senantiasa terjalin dengan berbagai pertemuan mulai dari acara perkawinan, acara keagamaan dan acara sosial lainnya.

Semangat untuk terus menjalin silaturrahmi mendorong masyarakat Aceh di Malaysia ini untuk mendirikan sebuah persatuan orang-orang Aceh di Malaysia. Tujuan utama mereka mendirikan persatuan adalah untuk menjaga kebajikan orang-orang Aceh dan mempunyai suatu badan khusus untuk dijadikan wadah perjuangan mereka di Malaysia. Persatuan ini kemudian diberi nama Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia (IMAM).
Salah satu terobosan yang dilakukan IMAM adalah menerbitkan buletin yang diberi nama “Narit Geutanyo”. Buletin ini diterbitkan sebagai upaya menjalin komunikasi dan silaturrahmi antar sesama masyarakat Aceh di Malaysia. Selain sebagai wadah komunikasi Narit Geutanyo juga bertujuan untuk mengingatkan anak-anak generasi baru supaya jangan melupakan asal usul dan identitas mereka sebagai “biek Aceh”.
Buletin yang terbit dua bulan sekali ini menurunkan berbagai berita dan perkembangan masyarakat Aceh baik di Malaysia maupun di Aceh. Rubrik-rubrik yang ada dalam Narit Geutanyo sangat beragam mulai dari Peuphon Narit, Ranup Sigapu, Berita Dari Kampung, Belajar Bahasa Aceh, Ruangan Agama, Pendidikan, Lambong-lambong Kupiah, Sejarah, Narit Maja, Peunajoh Aceh, dan Hatee Aceh.
Peuphon Narit merupakan halaman utama buletin Narit Geutanyoe. Rubrik ini berisikan berbagai berita aktual tentang berbagai isu-isu yang menarik. Adakalanya ia merupakan kutipan pidato Presiden IMAM dalam berbagai forum, adakalanya rubrik ini mengangkat profil tokoh-tokoh yang berjasa bagi masyarakat Aceh baik di Malaysia maupun di Aceh. Peuhon Narit ini sangat menarik apalagi ia ditulis dalam berbagai bahasa. Kadang-kadang rubrik ini ditulis dalam bahasa Aceh, adakalanya dalam bahasa Melayu, sesekali rubrik ini hadir dalam bahasa Inggris.
Ranup Sigapu pula merupakan rubrik editorial di mana Sidang Pengarang (Dewan Redaksi) mengangkat berbagai isu yang terkini, dikemas dalam tulisan yang singkat, padat, kritis, tajam dan sarat makna.
Berita dari Kampung menyajikan berbagai perkembangan, situasi dan kondisi di Aceh untuk mengobati kerinduan masyarakat Aceh di Malaysia akan tanah endatunya. Rubrik ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat keturunan Aceh di seluruh Malaysia. Informasi yang disajikan dalam rubrik ini beragam, ada yang merupakan kutipan tulisan di media-media di Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya. Ada juga yang berupa laporan perjalanan orang-orang keturunan Aceh di Malaysia yang kebetulan pulang mengunjungi handai taulan dan sanak saudara serta melihat-lihat dari dekat kondisi Aceh, tanah pusaka yang sekian lama ingin mereka kunjungi.
Rubrik lain yang juga sangat diminati adalah belajar bahasa Aceh. Rubrik ini berupa teka-teki silang yang pertanyaannya diberikan dalam bahasa Melayu, tetapi harus dijawab dalam bahasa Aceh. Rubrik ini merupakan upaya mereka mempertahankan bahasa Aceh sebagai identitas orang Aceh. Mereka ingin supaya generasi baru Aceh di Malaysia yang merupakan generasi keempat dan kelima untuk fasih berbahasa Aceh dan tidak melupakan asal usul mereka sebagai “biek Aceh”.
Rubrik Sejarah mencoba membawa generasi muda Aceh untuk mengenali kejayaan yang pernah diraih oleh endatu mereka. Satu ciri yang menarik dari rubrik ini adalah ketika memaparkan kesuksesan Aceh masa lalu yang dibicarakan bukan sekedar fakta dan angka-angka tapi mencoba menggali lebih dalam lagi apa penyebab orang Aceh dulu maju dan jaya. Hal-hal apa saja, sifat-sifat yang bagaimana yang dimiliki oleh orang Aceh dahulu sehingga generasi sekarang bisa menirunya. Menurut rubrik sejarah ini, ternyata orang Aceh dahulu memiliki sifat amanah, berani, rajin, disiplin dan setia. Kelima sifat itulah yang harus kita pupuk kembali jika kita ingin mengembalikan kejayaan Aceh pada masa sekarang.
Lambong-lambong kupiah merupakan salah satu ciri khas buletin Narit Geutanyo. Ia berupa kartun yang tokoh utamanya adalah Panyot Culot dan Aneuk Mulieng, dua nama yang sangat terkenal dalam kalangan masyarakat Aceh di Malaysia. Lambong-lambong kupiah ini sangat menggelitik dan sarat makna baik berupa saran, kritikan, pujian dan harapan.
Rubrik Narit Maja dan Hatee Aceh semakin menegaskan identitas orang-orang Aceh di Malaysia. Narit Maja atau lebih populer disebut Hadih Maja berisikan peribahasa atau ungkapan dalam bahasa Aceh yang sarat makna dan mengandung pesan-pesan moral serta pesan-pesan tentang tata kehidupan bermasyarakat, bernegara dan beragama. Hatee Aceh pula merupakan pantun dalam bahasa Aceh yang juga sarat pesan-pesan moral. Kedua rubrik ini mencoba untuk menghidupkan kembali khazanah budaya yang dimiliki Aceh agar tidak hilang ditelan zaman sekaligus menjadikannya sebagai pedoman bagi masyarakat Aceh di Malaysia dalam segala tingkah laku dan aspek kehidupan yang mereka jalani.
Peunajoh Aceh merupakan rubrik yang memberikan berbagai macam resep makanan khas Aceh seperti tsi reuboh (daging rebus), biji salak, acar kuning, tsi masam keu-eung (daging masam pedas), lepat nagasari, payeeh tauhu belimbing buluh dan beragam makanan Aceh lainnya. Tentunya rubrik ini sangat diminati oleh kaum ibu dan remaja putri yang selalu ingin menyajikan makanan khas Aceh ini dalam berbagai kesempatan. Rubrik ini merupakan usaha kecil dari masyarakat Aceh di Malaysia untuk menjaga kelestarian makanan warisan pendahulu kita.
Melihat dari beragam rubrik yang ada, kita bisa memastikan bahwa Narit Geutanyo merupakan sebuah buletin yang sangat menarik dan unik. Menurut Presiden IMAM, Tan Sri Sanusi Junid, buletin ini akan terus mencoba untuk meningkatkan kualitasnya baik dari segi isi maupun cetakannya sehingga dapat terus eksis di tengah-tengah serbuan berbagai media di zaman teknologi informasi sekarang ini. Narit Geutanyo juga akan mencoba untuk memperluas jaringan peredarannya sampai ke Aceh. Tujuannya adalah sebagai sarana untuk bersilaturrahmi dengan masyarakat Aceh yang ada di Aceh sekaligus berbagi suka dan duka dengan sesama “biek Aceh”.

Kita patut memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Aceh di Malaysia yang begitu gigih menjaga identitas keacehan mereka. Kita patut terharu bahwa mereka yang mayoritasnya belum pernah menginjakkan kaki di bumi Iskandar Muda namun tetap bangga menjadi orang Aceh, tetap fasih berbicara bahasa Aceh, tetap makan makanan khas Aceh, tetap menjaga jati diri orang Aceh yang amanah, berani, rajin, disiplin dan setia. Kita bahkan harus bercermin kepada realitas masyarakat Aceh yang berada di Aceh sekarang di mana kita semakin hilang identitas keacehan kita. Jangan sampai orang Aceh di luar Aceh lebih Aceh dari orang Aceh di Aceh sendiri. Kalau ini terjadi jangan harap kita bisa bangkit dari segala keterpurukan, kemiskinan dan beragam persoalan lainnya. Kalaupun hal ini sudah terjadi, kiranya belum terlambat bagi kita untuk menoleh dan meneladani orang-orang Aceh di Kampung Acheh, Yan, Malaysia.  
Artikel ini dimuat di www.acehinstitute.org pada hari Kamis, 7 Januari 2010.


1 comment: